Itungan Jowo Anak Pertama Ketemu Anak Ketiga

Kurangi ego diri. Sebab tanpa kemauan untuk kompromi, pernikahan yang bahagia itu hanya fiksi

Pokoknya kalau mau A harus A! Nggak bisa yang lain! Yah, selama sikap masih seperti ini, sebaiknya singkirkan dulu niat menikah untuk nanti-nanti karena kamu belum siap sama sekali. Meski bukan anak pertama dengan anak ketiga, sifat seperti ini bisa jadi pintu prahara. Sebab pernikahan adalah soal kompromi. Ego yang keras dan tinggi harus diturunkan sedikit, supaya bisa jalan beriringan dengan orang lain.

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.

Sonora.ID - Meski sudah hidup di jaman serba modern, namun beberapa orang masih mempercayai beberapa mitos primbon jawa.

Salah satu mitos yang masih dipercayai yaitu mengenai pernikahan. Dimana anak pertama tidak boleh menikah dengan anak ketiga.

Menurut masyarakat Jawa, apabila mitos ini dilanggar maka pernikahan pun tidak akan langgeng.

Meski begitu, tidak lantas harus kita percayai, anggap saja hal ini sebagai tambahan pengetahuan saja.

Karena semua yang terjadi sebenarnya karena kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan karena hal lain.

Merangkum dari beberapa sumber, berikut larangan anak pertama menikah dengan anak ketiga menurut primbon Jawa:

Baca Juga: Ternyata Mitos, Berikut Fengshui Rumah yang Sebaiknya Tidak Dipercaya

Apabila anak pertama menikah dengan anak ketiga, dipercaya keluarga akan mengalami kesulitan dalam mencari rezeki.

Bahkan, beberapa usaha yang dibangun juga akan mengalami kesulitan hingga kegagalan.

Jika keluarga ini mencari pekerjaan nantinya akan sulit didapat. Hal ini lantaran pernikahan anak pertama dan ketiga dipercaya tidak menemui kebahagiaan.

Baca Juga: Tak Hanya Kucing Hitam, 5 Hewan Ini Dipercayai Pertanda Nasib Buruk Hingga Kematian

15 Desember 2024 22:35 WIB

15 Desember 2024 22:33 WIB

15 Desember 2024 21:23 WIB

15 Desember 2024 21:00 WIB

Bicara soal tradisi Jawa, ada sebuah larangan pernikahan yang hingga saat ini masih dipercaya oleh banyak orang. Namanya lusan, yaitu singkatan dari katelu lan kapisan. Ada juga yang menyebutnya dengan jilu, alias siji dan telu. Artinya, anak pertama dilarang menikah dengan anak ketiga.

Ada banyak hal buruk yang bisa terjadi jika larangan ini dilanggar. Mulai dari sering berantem karena perbedaan karakter yang tinggi, kesulitan ekonomi, sampai kematian kerabat. Tapi bukankah semua yang hidup pasti akan mati suatu saat nanti?

Sebenarnya masuk akal saja bila kita bicara soal perbedaan karakter. Anak pertama adalah si sulung yang cenderung mandiri dan tegas. Sementara anak ketiga biasanya punya karakter yang lebih manja dan kolokan.

Perbedaan karakter yang besar ini membuat halangan dalam menjalani hubungan lebih tinggi. Apalagi kalau keduanya sama-sama sulit berkompromi. Tapi bukan berarti nggak bisa diatasi kok. Berikut Hipwee Hubungan berikan sedikit penangkal untuk “kutukan” anak pertama menikah dengan anak ketiga yang beda karakter ini.

Fakta Anak Ketiga Berdasarkan Karakteristik

Anak ketiga sering perhatian, mereka sering merasa terpinggirkan karena sulit untuk menonjol di antara saudara-saudaranya. Mereka cenderung lebih kreatif, inovatif, dan memiliki sifat berani karena terbiasa bertarung untuk mendapatkan perhatian. Selain itu, ada beberapa fakta anak ketiga berdasarkan karakteristik:

Mitos Anak Pertama dan Ketiga, Berikut Penjelasannya

Mitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.

Mitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.

Me-time itu penting. Meski menikah, menikmati aktivitas sendiri bisa jadi kunci untuk kemudian saling merindukan lagi

Banyak yang berpikir bahwa setelah punya pasangan, apalagi menikah, semua hal harus dilakukan berdua. Semua kegiatan harus melibatkan berdua. Namun me-time adalah sebuah kebutuhan dalam hubungan, terutama yang punya perbedaan karakter besar.

Bukannya bahagia tanpa pasangan, tetapi terkadang diri butuh dibahagiakan dengan cara sendiri. Lagipula, dengan melakukan me-time, pasangan punya kesempatan untuk saling merindukan. Ya ‘kan?

Pertama-tama, sadari dulu bahwa perbedaan karakter itu biasa. Tak ada dua orang yang benar-benar sama

Ketika memulai sebuah hubungan, kalian pasti punya satu kecocokan. Sesuatu yang bisa membuat kalian merasa nyaman satu sama lain. Meski begitu, perlu diingat baik-baik bahwa tidak ada dua orang yang benar-benar sama dan sepakat dalam segala hal. Dengan demikian, kita akan mengerti bahwa perbedaan karakter itu hal yang wajar. Tak perlu berambisi untuk mengubahnya, karena ini justru akan membuat frustrasi saja.

Ceritakan apa yang kamu suka dan yang tak kamu suka. Membuat batasan yang tegas bukan berarti menjaga jarak, tapi belajar menghargai

Ketika bicara soal perbedaan karakter, mungkin ada banyak hal yang tak kamu suka darinya dan dan sebaliknya. Misalnya dia tak suka dengan sikap posesifmu, dan ada beberapa kata-katanya yang menyinggungmu. Saat hal ini terjadi, ungkapkan saja tak perlu dipendam. Perlu juga membuat batasan-batasan yang jelas, supaya tidak ada yang melangggar.

Bukankah meski menjalin hubungan, jarak ini harus tetap ada supaya bisa saling berdiri dan menatap satu sama lain? Dengan terbiasa mengomunikasikan apa yang disuka dan tidak disuka, justru akan membuat pasangan semakin mudah saling memahami.  Kalau sudah saling memahami, problematika apa lagi sih yang tak bisa dihadapi? 🙂

Mitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.

Anak pertama sering dianggap sebagai pionir dalam sebuah keluarga, ditempatkan dengan ekspektasi yang tinggi untuk menjadi teladan dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya.

Mitos ini seringkali menggambarkan anak pertama sebagai sosok yang perfeksionis, mandiri, dan berkepemimpinan, yang kadang-kadang dapat menciptakan beban lebih pada mereka. Di sisi lain, anak ketiga sering kali diasosiasikan dengan kreativitas, kebebasan, dan kepribadian yang lebih fleksibel. Mitos ini menciptakan ekspektasi bahwa anak ketiga dapat membawa semangat keceriaan dan inovasi ke dalam keluarga. Berikut mitos anak pertama dan anak ketiga yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber:

Sesekali saling cobain hobi pasangan boleh juga. Biar kamu tahu apa yang membuatnya senang itu

Kamu suka weekend dengan bermalas-malasan di rumah, nonton TV, atau baca buku dan bersantai. Sementara dia senang berakhir pekan dengan olahraga. Tak ada salahnya dong sesekali kamu ikut berolahraga dengannya untuk mencari keringat tipis-tipis? Biar kamu tahu kenapa dia suka melakukan itu. Sebaliknya, sesekali jadwalkan akhir pekan dengan bersantai di rumah. Pesan pizza dan nonton Netflix sambil bercengkerama. Terdengar seru bukan?

Mitos Anak Pertama dan Ketiga, Berikut Penjelasannya